Kamis, 18 September 2008

HAKEKAT MANUSIA (2)


Hal yang kedua setelah “roh”, di dalam diri manusia masih terdapat misteri berikutnya yaitu “hati” (Qolb). Rosulullah s.a.w bersabda : Sesungguhnya di dalam setiap jasad manusia dijumpai adanya segumpal daging, yang apabila “baik” maka baiklah seluruh kondisi bagian tubuh, dan jika “rusak”, maka rusaklah semua anggota tubuh, dan ketahuilah ia itu adalah Qolbu. (riwayat Buchori-Muslim).

Al-Gazali berpendapat tentang hati ini ada dua macam yaitu : hati secara fisik adalah “jantung” yang merupakan segumpal daging dengan bentuk bulat panjang, berposisi melintang kearah kiri di tengah-tengah dada kita*. Jantung yang berfungsi memompa darah kita ke seluruh tubuh melalui gerakan mengkerut (systole) dari kedua rongga “atrium” (kiri dan kanan), serta menerima darah dari seluruh tubuh yang bermuara di “vena-cava” kemudian masuk ke dalam rongga “ventrikel” sehinga rongga tersebut mengembang (diastole), yang kemudian dipompakan keluar jantung dan seterusnya.
Dalam riset kedokteran ditemukan adanya fungsi fisiologis dari serabut otot penyusun sekat-sekat jantung (serabut Purkynye) yang memiliki aktivitas rithmis untuk mendorong terjadinya peristiwa berkontraksi (mengkerut) sehingga terjadi systole (untuk memompa darah keluar dari jantung) dan relaksasi (mengenmbang) sehingga darah dari seluruh tubuh, dapat tertampung masuk ke dalam ventrikel jantung. Akhir rambatan denyut rithmis pada jantung berada di apex cordis (puncak/ujung jantung) yang denyutannya sedikit menyentuh tulang dada (sternum). Dengan alat peka dengar seperti statoscope hal ini dapat kita dengar detakannya melalui pendengaran kita. Jantung inilah yang disebut sebagai qolb jasmaniah, dan ada yang meyakini sebagai tempat bersemayamnya “roh” .
Arti yang kedua adalah hati secara metafisik yaitu “bathin” sebagai tempat rasa/perasaan yang murni dan penuh misteri. Sedemikian halusnya (lathif) “rasa/perasaan” qolbu ini sehingga sering disebut sebagai “nurani”. Bathin inilah yang mampu menangkap kepekaan rasa dengan jujur, sehingga dapat pula diartikan pusat kejujuran ada di bathin kita. Itu pula sebabnya para orang tua kita memberikan istilah mohon maaf lahir dan bathin, artinya memohon maaf secara jujur dan ichlas sehingga maaf yang diberikan pihak lain kepada kita, juga diharapkan tulus ichlas dan jujur. Bathin yang mampu menangkap kebenaran hakiki melalui pertimbangan jujurnya, namun sekaligus bathin pula yang dapat menentangnya untuk memutuskan kehendak melakukan ketidakjujuran itu sendiri. Nurani memang tidak bisa dibohongi namun kelemahan nurani pula yang tak dapat menolak kebohongan sehingga ada keputusan tindakan manusia untuk berbohong. Sehingga Qalb nurani inilah yang memikul segala tanggung jawab perbuatan dan perilaku manusia selama hidup di dunia, mengingat seluruh aktivitas qolb jasad bersumber pada kehendak yang sepenuhnya dikendalikan oleh qolb nurani.
Qolb jasad akan diadili dalam proses penguraian biologis di dalam tanah (dikubur), atau proses perubahan materi biochemist melalui perabuan kremasi, bahkan perubahan evolusi buatan melalui cara dibalsem, disuntik formalin atau proses pengawetan jasad dengan proses pendinginan.
Qolb nurani sebenarnya dapat menangkap segala sesuatu yang wujud (ada) manakala Tuhan melimpahkan segala cahaya penerang kepadanya, termasuk mengenal sifat-sifatTuhan secara hakikie dan maknawi, bukan cuma translasi arti dari sudut bahasanya. Sehingga atas ijinNya pula kepekaan qolb mampu menangkap yang ghoib (seperti halnya pertemuan rosulullah s.a.w dengan malaikat Jibril), untuk diinternalisasikan di dalam menjalani proses kehidupan dunia sehari-hari.

Namun perlu selalu kita ingat, bahwa pada akhirnya Qolb nurani akan sendirian keluar meninggalkan jasad dan menuju kepada empunya yaitu Allah s.w.t untuk memberikan laporan pertanggungjawaban kinerja selama periodesasi hidup kehidupannya saat menerima tugas menyatu dengan qolb jasad (sejak awal ditiupkan “roh”ke dalam jasad sang bayi semasa dalam kandungan/ fase embryologist).
Sekarang apa yang bisa kita perbuat?. Mengendalikan qolb nurani sesuai dengan petunjuk kebenaran Tuhan, atau membiarkan “dia” menguasai jasad kita karena kita tunduk dan bersedia mengikuti bisikan syetan?.
Hak otoritas penentuan sikap dan kehendak melakukan sesuatu (bahkan tanpa batas) telah diserahkan sepenuhnya kepada anda (secara demokratis, oleh Sang Maha Demokratis).
Perlu renungan (tafaqur)lebih lanjut dan lebih intens memang,....
Selamat mengupas diri sendiri, karena memang kita tidak berpretensi untuk mengupas diri orang lain.
.
.
Tulisan di atas tidak terlepas dari kontribusi sumber :mengenal islam, Jamal Syarief Iberani, el Kahfi, 2004.
*hati secara antomis adalah organ Hepar yang terletak di bawah dari bagian dada sebelah kanan (sisi kanan lambung).
Cijantung tiga, bakda subuh 8 September 2008 (hari kedelapan Ramadhan 1429 H). Darsana Setiawan.

Tidak ada komentar: