Rabu, 03 September 2008

BUDAYA JAWA


Budaya Jawa berpusat di tiga posisi, yaitu Istana (kraton), Pedesaan dan Pesantren, yang masing-masing memiliki simbolnya sendiri-sendiri.
Tari Bedaya adalah budaya tari istana, sementara Kuda Lumping (Jaranan & Barongan) merupakan budaya pedesaan dan Semakan serta Selawatan merupakan budaya pesantren, walaupun demikian tidak terus berarti ketiganya lalu eksklusif. Budayawan Jawa yang sangat terkenal seperti Raden Ngabehi Ronggowarsito, selain memang dekat dengan istana namun masa mudanya pernah dihiasi dengan kehidupan pesantren (nyantri) di Ponorogo, namun beliau juga mengenal kehidupan pedesaan dengan sabung ayamnya.
Permainan Nini Towok masuk ke lingkungan istana melalui para abdi dalem yang notabene dibawa orang-orang desa, sedangkan Wulangreh karya agung Paku Buwono IV dan Wedhatama karya fenomenal dari Mangkunegoro I justru dibaca orang-orang desa pada kegiatan mocopatan. Sementara wayang yang semula dikenal di kalangan kraton sebenarnya adalah karya orang-orang pesantrenan seperti para wali yang memang menciptakannya untuk medium dakwah agama Islam. Dalang-dalang kondhang sekarang seperti Ki Anom Suroto maupun Ki Mantheb Sudarsono keduanya malah sudah haji walaupun berasal dari kalangan pedesaan dan jangan lupa Susuhunan Paku Buwono X dari Kraton Surakarta yang terkenal kaya raya itu ternyata juga telah menunaikan ibadah haji.
Majalah berbahasa Jawa Panyebar Semangat (PS) dan Joyoboyo tidak diterbitkan di Yogja atau Solo sebagai lokasi perkembangan budaya Jawa kalangan kraton, akan tetapi justru terbit di Surabaya yang lebih mewakili kalangan pedesaan. Dakon sebagai permainan anak dengan biji sawo kecik atau sawo manilo memang berasal dari kalangan kraton, sementara dampar serta gejlik merupakan permainan anak pedesaan dan jedor maupun jemblung (yang sangat dikenal di daerah Kediri) merupakan musik khas pesantrenan.
Hanya sayang…..saya mengutip kembali tulisan Bapak Kuntowijoyo, yang dosen UGM Yogyakarta (dengan beberapa tambahan), TIDAK DALAM BAHASA JAWA. Lha rak iyo tho……

Nyuwun duko soho nyuwun sagunging pangaksomo.

.

Tidak ada komentar: